Libur Lebaran

Idul Fitri 1435 Hijriah
Belajar Mancing - Rangkaian acara 17 cukup menyita banyak waktuku hingga baru hari ini sempat menulis sedikit cerita tentang liburan lebaran 1435 Hijrah kemaren. Lumayan asik, perjalanan pulang pergi, bersilaturrahmi ke Desa Nanga Biang hingga mancing anak toman dan Lais Tebiring di seberang kampung Balai Nanga.

H - 2 ( hari sabtu ) kami tiba di Sanggau, Sore minggunya kami bersilaturrahim ke tempat Abang Ipar di Desa Setompak. Pagi minggu besoknya kami melajutkan perjalanan menuju Desa Balai Nanga. Kasihan si Aini, sedemikian kangen dengan kakaknya yang terlebih dahulu berangkat ke Bali Naga Bareng Nek Pinang beberapa hari lalu. Terbukti ketika kami sampai di Balai Nanga, Aini langsung nempel sama kakaknya, aku jadi teringat masa kecilku dulu.

Mumpung masih pagi, aku segera set peralatan mancingku dan segera ngacir ke spot gabus di belakang kampung, hingga jam 2 siang aku sudah ga kuat lagi meneruskan perburuanku, takut dehidrasi, sayang kan puasa hari terakhir kalau sampai jebol. Dapet beberapa ekor gabus kocolan, lumayanlah karena selama bulan puasa baru hari ini aku nekad nguber gabus.

Besoknya, setelah sholat Id, aku dan Annisa ke Kota Sanggau untuk sungkem ke Ibuku sekalian berziarah ke makam Almarhum Ayahku dan Almarhum Anakku yang pertama. Sungguh, sebuah pemandangan yang sangat sangat memilukan ketika Annisa menagis tersedu-sedu di samping pusara Almarhum Kakaknya, tak terasa air mataku menetes pelan.

Hari kedua lebaran seperti lebaran yang sudah sudah bersilaturrahim ke sana kemari, sore hari ikut main bola dan malam harinya, untuk pertama kalinya di Dusun Balai Nanga di adakan acara Fashion Show untuk remaja putri, lumayan seru.

Hari ke tiga, kami sekeluarga ke Desa Nanga Biang, Menjenguk kakak iparku yang dapet momongan baru. begitu bahagianya karena dari dulu kepengen bener dapet anak cewek, alhamdulillah, kesampean. Aku menyempatkan diri untuk bersilaturrahim dengan sanak saudara di Biang Hilir, salam-salaman dan bermaaf-maafan dengan beberapa teman lama, teman semasa kecilku dulu. Ah, tak terasa waktu begitu cepat berlalu. Kini kami bertemu dalam suasana dan ceita yang lain pula.

Sungai BiangMampir ke rumah Alyn Daiwa, sayang yang bersangkutan lagi ke Belangin Tiga, walhasil, ngalor ngidul sama ayahnya dan Yanto ipar Alyn. nah si Yanto ini termasuk salah satu karibku semasa masih lajang dahulu. Sebuah cerita menarik ku dapat dari Ayahnya Alyn seputar sungai Semusut dan Mendawak yang kemaren merupakan lokasi anak-anak SAB (Sanggau Angler Brotherhood) bersama Ceppy Yanwar host acara  Mancing Mania Trans7 beraksi. Semasa mudanya, Ayah Alyn lama bekerja di sana sebagai buruh penebang pohon, konon, sungai Semusut merupakan sarang Buaya air tawar terbesar di daerah Tayan dan sekitarnya, hhhiiiii...

Lagi asik mendengarkan ceritra beliau, hp berdering. Aini menyuruhku pulang karena sudah tak sabar ingin mandi di Sungai Biang. Yah, Apa mau di kata. Akupun pamit. Sampai di rumah Tam Junai, Annisa, Aini dan Debi sudah menunggu dengan perlengkapan mandinya. Kamipun mandi sepuasnya hingga tak terasa sudah jam 11 siang. Selesai madi, kami di jamu Tam Junai untuk makan siang dengan lauk ayam kampung, yummy ...Tak lama berselang, setelah sholat Dzhur, kamipun pulang kembali ke Balai Nanga.

Anakan Toman Balai Nanga
Hari ke empat lebaran, pagi-pagi aku udah mendayung sampan ke seberang kampung untuk berburu Lais Tebiring, Sayang hingga jam 8 pagi tak ada penampakan si gigi jarang tersebut. boncoss deh. Sorenya aku nguber gabus ke bekas galian tambang emas di belakang kampung, cuman dapet beberapa ekor kocolan. Besoknya, pagi jumat, aku kembali ke seberang kampung, Boncos lagi. Sepelas sholat Jumat aku dan Nis Juni mencoba peruntungan di Padong Sungai Bunut, rawa angker (menurut penduduk) di belakang kampung. Sampai di lokasi aku dan Nis Juni segera memencar. Pada satu genangan air di tengah padong, aku melakukan beberapa kali lemparan ke ujung padong ke arah ujung rumput purun yang berdiri tegak mirip jarum-jarum raksasa yang seakan sengaja dipancangkan ke tanah. Hingga bahuku terasa sengal, tak ada reaksi sedikitpun dari buruan kami. Aku berpindah tempat. Sekilas kulihat Nis Juni juga berpindah tempat. Sampai di ujung sebelah kanan aku kembali melakukan lemparan, dari jauh kulihat Nis Juni malah menuju ke arah di mana tadi aku melakukan lemparan.

Kalau sudah rejeki, tak akan lari kemana brow, pada lemparan kedua, Sangun JF buatanku yang dipakainya mendapat sambaran dahsyat. Spontan kulihat dia menggetak joran. Teriakannya pun membahana memenuhi seantero rawa. Terlihat Nis Juni kalang kabut meladeni perlawanan si Belang. Berkali-kali pula ia berteriak meminta bantuanku namun aku malah bersembunyi di dalam semak. Kesel, Mangkel, Marah ... padahal tadi aku yang membuat ribut dengan umpanku di titik tersebut dengan maksud memancing kemarahan si toman, eh malah Nis Juni yang umpannya di sambar. Senang dan haru karena Nis Juni yang merupakan pemula, sudah bisa strike ikan Toman. Khawatir karena aku tau pasti perangkatnya belum beitu memadai, Joran Spinning 20lbs namun lentur plus rel exsori ukuran 3000 yang udah uzur, beruntung tadi sebelum berangkat reelnya ku isikan PE#2. Pokoknya perasaanku bercampur aduk menyaksikan pertarungan sengit Nis Juni melawan Toman Rawa Padong Sungai Bunut.

Ikan Gabus Desa Balai nangaSebetulnya, kalau untuk fight dengan ikan besar, Nis Juni udah biasa. Untuk Ikan kapuas seperti ikan Begak dan Patin ukuran 4 5 kilo ke atas biasa dia taklukan dengan joran yang sama. Namun, fight di rawa, merupakan pengalaman baginya. tarikan si Belang tampak mengendur dan aku yakin Nis Junilah pemenangnya.Aku beranjak dari persembunyianku. Nis Juni mengomeliku sambil menunjuk ke arah ranselnya yang bergantung di salah satu pohon tirap. Aku paham maksudnya. Pertarungan terakhir keduanya kuabadikan dalam format video di HP Nis Juni. Si Toman bingal itu akhirnya menyerah total ketika leader di tarik Nis Juni perlahan, eeuuddaaannnn..., gede juga, ku taksir sekitar 3 kiloan. Pantas saja Nis Juni gelagapan di buatnya.

Setelah si Ikan kami amankan, kami melanjutkan ke titik titik lain di setiap pelosok rawa, sayang hingga hampir jam 4 sore tak ada lagi sambaran. Kami memutuskan untuk cabut dari spot. Nis Juni mengajakku menerobos jalan antara Padong Sungai Bunut dengan lokasi bekas galian tambang emas di hilir. Luar biasa, kami menemukan beberapa bekas galian lain yang selama ini tak pernah kami pancing, Ada empat lobang galian. Namun Hanya anakan toman saja yang kami dapat. Ketika anakan toman akan ku rilis, Nis Juni memintaku untuk tidak melepasnya, Beliau berjanji untuk merelokasi anakan toman yang kami dapat. Tak terasa hingga jam 5 sore belasan ekor anakan toman kami angkut. Sampai di spot gabus, tak ada sambaran sama sekali. Kamipun pulang. Di belakang rumah Rustam, Nis Juni membelok ke kanan ke arah hilir kampung katanya mau melepaskan anakan toman tadi ke bekas galian tambang yang berair jernih di belakang tanah wakaf kuburan. Sementara aku meneruskan perjalanan pulang. Sampai di depan ruman Er, aku berhenti sejenak, ngalor ngidul dengan An, Er dan Abo Abas. Dari An aku dapet informasi spot frenzy Lais tebiring si seberang kampung. Rupanya bukan di tanyak batu, melainkan di hilir ulak besar.

Ikan Lais tebiring
Lure 15 Rebu
Sabtu pagi, pukul 5.30 WIB aku kembali mengayuh sampan menuju seberang kampung ke arah hilir Ulak Besar. Sampai di tempat seperti yang di ceritakan Aan kemaren, aku langsung melakukan lemparan, tapi tak terlihat tanda-tanda keberadaan targetku. Hingga hampir jam 6 pagi aku sudah kelelahan sendiri dan memutukan untuk pulang. Ketika sampai di pelampung pukat paling hilir, aku berhenti sejenak karena keasikan melihat temenku "Akang" yang sedang mengangkat pukat, sayang hanya beberapa ikan kecil yang tersangkut di pukatnya. Akang menyuruhku menunggu sejenak sampai gerombolan ikan Bauk (ikan-ikan kecil) terlihat bergerombol mudik ke hulu. Dan benar saja, selang beberapa saat kemudian telihat ikan Lais tebiring berloncatan kesana kemari memburu gerombolan ikan bauk. Aku segera beraksi, sayang berturut-turut hanya sambaran miss. Seluang Plastik ber-hook kecil yang aku pakai segera kuganti dengan Storm Smash Shad 07 yang malam lebaran kemaren ku dapet dari Ngah Am Iparku. Dua kali lemparan langsung Strike. Gerombolan ikan kecil yang mudik luar biasa banyaknya. Lais tebiring semakin menggila. Setelah strike yang ke sekian kalinya aku menganti set takle dengan x-puyu dan si blacxmak, seluang plastik yang tadi mocel melulu ku ganti hooknya degan hook yang agak gede. Dalam beberapa kali lemparan akhirnya mendapat sambaran, Luar biasa, baru kali ini aku merasakan sensasi tarikan ikan dengan rod selentur x-puyu di Sungai Kapuas.

Lais TebiringAku tergaket-kaget mendegar teriakan beberapa orang dari tepi sungai, rupanya ada beberapa orang yang me-mukat bauk yang berhenti di dekat si Akang tadi menonton aksiku, hehehehe... sepasang tanduk menyembul dari kepalaku. Drag kukendorkan dan x-puyu melengkung indah mendapat tarikan dari dalam air. tangan kiriku berkerja extra, sesekali menggulung reel, sesekali mendayung mengarahkan sampan ke tepi. Ketika sampai di tepi si ikan akhirnya menyerah, dan ... Tok Ali yang paling nyaring teriakannya, mengomeliku karena ternyata ikan yang tadi fight denganku hanya sebesar lima jarian, wahahahahahahahahaha.... Jangankan Tok Ali, aku aja tertipu, hahahahahahaha...

Hingga jam 7 pagi, tidak ada lagi strike. Sambaran dan loncatan si Lais tebiring sudah berhenti sama sekali, mungkin karena mereka sudah kekenyangan dengan begitu banyaknya gerombolan ikan Bauk yang mudik. Aku menyudahi pertempuran dengan perasaan puas dan senang luar biasa.

Jam 10 Pagi Berangkat ke Kota Sanggau. Menginap semalam di rumah Ibuku, Besoknya pagi-pagi sekali kami pun kembali berangkat menuju Pontianak.

Jika anda merasa artikel di blog ini bermanfaat dan ingin berlangganan, silahkan masukkan alamat email anda pada kotak di bawah ini:


Delivered by FeedBurner






Tidak ada komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...