Sangun JF No Fear |
Sampai di rumah, aku sudah tidak sabar lagi untuk segera kabur ke kanal-kanal di tempat biasa aku mancing. Sungguh, masih terbayang di mata anakan gabus berenang beriringan di parit tepat di depan barisan kami yang bertugas menyambut tamu tadi pagi pada acara pernikahan puteri sohibku di Parit Juragan. Kalau saja tidak sedang dalam suasana seperti ini, sudah barang tentu aku akan teriak teriak kepada tuan rumah untuk meminjamkan joran tegeg atau apa sajalah untukku menggoda si induk gabus. Di tambah ulah induk gabus yang enjoy aja saat timbul menghirup udara, benar-benar bikin urat-urat di pelipisku berdenyut.
Sepelas Sholat Zuhur, aku langung ngacir ke arah Sungai Berembang. Sampai di jembatan pertama sebelum POLSEK Pontianak Barat, sepintas kulihat arus pasang naik masih deras. Namun aku tetap melanjutkan perjalanan.
Sampai di persimpangan jalan Karet, aku memutuskan untuk belok kiri saja, masuk ke jalan karet. Seingatku, jalan berbatu di samping kanan Masjid besar di dalam tembus sampai ke Parit Madiun. Apa salahnya jalan-jalan fikirku. Dulu aku pernah lewat dari situ dari arah Parit Madiun dan tembus ke Jalan Karet, menghindari kemacetan akibat perbaikan jalan di depan Rumah Sakit Umum Daerah Sultan Syarif Abdurranmah RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie.
Seingatku, ada beberapa parit yang bermuara ke parit utama di sepanjang jalan hingga sampai di simpang parit banjar, Kampung Baru lalu tembus ke Parit Madiun. Hanya saja ketika aku lewat saat itu air sedang surut, bahkan ada beberapa parit yang isinya ganggang dan lumut, berarti kalau air sedang pasang parit tersebut jadi mirip parit di berembang tempatku sutrek pake pencil swan kemaren.
Jalan di depan gang samping kanan masjid rusak parah, aku mesti hati hati sebab sebagian dari pengguna jalan di sini, yang kebetulan melintas di sini sering terpeleset. Lampu sein juga sepertinya tak berguna di sini, ketika akan belok kanan, sebuah motor melaju kencang dari belakangku lantas memotong dari arah kanan. Sudah jelas aku akan berbelok kekanan, lapu sein udah terlebih dahulu kunyalakan 30 atau 20 meter sebelum belok, buseettttt...
Sangun JF No Fear |
Memasuki jalan berbatu hingga sampai ke jalan tanah hingga sampai ke Nipah Kuning Dalam. Aku berhenti sejenak, mengingat-ingat jalur jalur parit di sini. Kuputuskan belok kiri saja, mumpung masih siang. Di ujung sana ada kanal besar beberapa bulan lalu di normalisasi, barangkali ada gabus yang masih betah di sana.
Sampai di kanal yang kumasud, kondisi air sepertinya tidak memungkinkan untuk lempar lempar lure, keruh kekuningan. Sementara arus masuknya masih deras. Tai tidak salah kalau aku setting perangkat di sini, sambil jalan jalan, kalau ketemu parit yang memungkinkan, lempar-lempar deh.
Selepas istirahat sambil setting pancing di bawah pohon rambutan tadi, aku bergerak terus ke depan. Dulu di kanal yang di depan aku sempat mocel gabus besar, hahahaha... udah setahun lebih brow, gabusnya juga udah pindah KK barangkali, hihihihihi. Tapi yang namanya naluri pemancing gabus sepertiku, asal lihat parit, lempar lempar deh.
Parkir motor di salah satu rumah warga, aku menelurusi kanal dari sisi kanan karena jalannya gak lumayan, sementara sisi kanal dipenuhi pohon pisang. Tepat di depan kandang ayam, Sangun Albino mendapat sambaran, sayang miss. Kuulang ke arah titik yang sama, tapi si gabus sepertinya sudah jera. Hingga ke ujung kanal yang bersemak, tidak ada lagi sambaran. Aku balik arah ke tempat motorku parkir.
Gaya lama, hehehehe... duduk di jok motor, minum energy drink, ngepul... sementara leher pelan-pelan bergerak memutar ke kanan kekiri, pelan ajah. Kalau ngebut bikin hal nantinya. Na kan... putaran leher mirip burung hantu tadi membuahkan hasil. Di Kanal sebelah kiri, terlihat barisan pohon kelapa yang masih kecil, lengkap dengan parit-paritnya. Wow ... asiknya, jalan kesana bisa dilewati motor. Tanpa membuang waktu aku segera saja menuju ke sana.
Di tengah kebun kelapa, terbentang kanal selebar kira kira 5 meter, di kiri kanan kanal ada parit parit kecil selebar kira kira 2 meter, mirip spot kemaren lengkap dengan lumut serta ganggang air yang tenggelam ketika air lagi tinggi. kanal memanjang hingga ke ujung yang tembus ke kanal besar yang berarti sejajar dengan kanal tempat aku pertama di sambar gabus tadi. Nah Kalau kanal besar di sebelah ujung sana aku tau, kanal itu nantinya tembus ke jalan kakap.
Sangun JF |
Motor ku parkir di muara kanal dekat titian sederhana yang tebuat dari papan dan batang pohon kelapa. Iseng ku ganti si SangunJF dengan minicrak Rapala, lemper-lempar di muara kanal yang lumayan dalam dan bersih. Si mini crank disambar gabus. Fight sebentar dan si gabus menyerah. Seekor kocolan kini tergantung di ujung joran Eupro Penulum. Begitu akan ku tangkap, si kocolan berontak dan nyemplung lagi ke aer. Gagal nih kirim foto ke kumendan Jay, hahahahahaha...
Perburuan kulanjutkan ke kanal di kebun kelapa. Dua kali lemparan si Sangun berhasil bikin seekor gabus ngiler. Foto-foto dan gabus kulepaskan lagi. Sampai di parit pertama yag bermuara aku mencoba si pencil swan di muara parit, sayang suka ngangkut ganggang aer hingga si swan tidak bisa meliuk liuk. Tapi, ada aja gabus laper yang tiba tiba saja menyambar dari arah muara parit, sanyang si gabus melarikan sawan ke dalam ganggang. Kutarik perlahan eh malah tinggal ganggangnya doank.
Terpaksa lure ku ganti lagi dengan Sangun JF yang belom sempat ku kasi baju, hehehehe... tapi amisnya
sama ajah, lempar 2 3 kali langsung di samber. Lumayan gede nih gabus yang ketipu, jadi amankan ke kantong plastik hihihihi... itung itung buat nambah koleksi gabus di tong samping rumah...
Bergerak terus hingga ke ujung kanal yang bermuara ke kanal besar, landed beberapa gabus lagi dalam berbagai ukuran, namun hanya 3 ekor saja yang paling gede yang ku amankan ke dalam kantong platik. Berbalik arah sambil sesekali melakukan lemparan, landed lagi beberpa ekor gabus kecil.
Jam 3 sore, stok air minum habis. kuputuskan untuk menyudahi mancing kali ini. Kemas-kemas lalu beranjak pulang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar