Balas Dendam Yang Gagal

Subuh, aku terkejut oleh dering HP yang semula kukira alaram. Padahal, untuk sabtu dan minggu pagi. alaram HP ku matikan. Eeee alah... rupanya Bokab tercinta menelponku untuk segera pulang ke Kota S. Duhhh... lagi bokek, gimana carana nih??? 

Selesai ngobrol sama Bokab, satu lagi panggilan masuk yang tadi tertahan ku angkat. Wahudi sepupuku rupanya. Kebetulan liburan dan mau pulkam. Nah... ketemu sudah solusi. Aku nebeng aja.



Perlengkapan dah siap ketika Yudi sampai. Aku memutuskan untuk minjam duit buat beli bensi sama Arul di depan gang, sayang warung Arul tutup. Pas mau balik ke rumah, ketemu sama Pak mantri yang lagi sibuk benani tumpukan pasir didepan rumahnya. Ngobrol bentar, walhasil, Pak mantri menawarkan pinjaman. Alhamdulillah... Akhirnya kuputuskan pake motor sendiri, ngga nebeng si yudi.

Berangkat jam 6.30 Wib, Sampe di Jalan trans Kalimantan, kabut tipis aja masih terlihat di antara pepohonan. kami singgah di salah satu parit tepi jalan. kebetulan piranti pancing yang aku bawa adalah pancing joran telescopik, yang kayak antena, tinggal panjangkan lantas pasang si kodok kuning kesayanganku. Lempar sana lempar sini, nihil.

Selang bebrapa ssat kemudian kami beranjak perlahan, menyisir parit tersebut . Kembali singgah sejenak untuk melempar kodok. Si Yudi ngacir ke warung di tepi jalan. Laper katanya. Ya udah aku lempar pancing sendiri. Entah pada lemparan ke berapa, si gabus yang ngumpet di balik rumput menyambar kodok kuning. Sayang, ngga hookup sempurna. Kuulangi melempar bebrapa kali lagi, kayaknya si gabus udah lari jauhhh.

Ketika Yudi selesai menggajal perutnya, Kami cabut. Bergantian yudi dan aku meminpin di depan. Hampir satu jam kami menggeber motor, sampai di jalan lurus yang kebetulan ada warung lengkap dengan bengel di sampingnya. Kami singgah istirahat sejenak. ketika menoleh ke seberang jalan, wuih ada spot cantik. Aku tanya sama yang jaga warung, rupanya spot tersebut memang danau, bukan kolam ikan. Tanpa pikir panjang aku kembali mengeluarkan peralatan tempur. Yudi menunggu pesanan kopi yang akhirnya dibungkus pake plastik kantong es... heheheheh... dikantongin maksudku.

Beberapa lemparan pertama, ngga ada yang nyentuh. Aku beripindah tempat hingga Yudi menyusul membawa kopi. Dengan tetap bersemangat aku terus melempar kodok ke berbagai arah. Ketika menoleh ke belakang, ternyata Yudi udah ngacir ke warung.

Pada lemparan yang kesekian kalinya, akhirnya strike aku dapatkan. Sayang hanya seskor gabus kecil. Aku bergegas ke arah jala raya bermaksud hendak menujukkan hasil tangkapanku tapi kepada Yudi. Eh, yudi malah berlari ke arahku sambil berteriak... foto dulu bang... alaaaaaahhhh... ah udah terserah. Setelah jeprat-jepret dengan berbagai pose, atas saran Yudi, si gabus kami rilis kembali.

Hingga ke sampai ke simpang ampar, simpang sosk dan tayan, aku tak mendapatkan strike lagi. Kami langsung tarik gak tanpa singgah di simpang dimana biasanya aku sering istirahat. Sampai di sanggau, udah jam 2 siang. Kami masuk ke simpang embaong dan beristirahat sejenak. Peralatan tempur yang satunya lagi akhirnya di bwa yudi ke kampung untuk bergabung dengan rekan lain yang rencanya besok akan trip di sekitar kampungku. Aku ngga bisa ikut lantaran minggu udah harus balik lagi ke Pontianak. Setelah memberi pengarahan alakadarnya kepada yudi, kamipun berpisah.

Sampai di rumah, emak lagi asik megupas kulit biji cempedak rebus... hahaaaaa... cemilan favoritku sejak kecil, aku langsung bergabung sama emak. Bapak lagi pulas dengan dengkuran khasnya di ruang depan, disampingnya terhampar jala ikan yang rupanya sedang bapak perbaiki sembari menunggu aku datang tadi.

Lagi asik ngobrol sama emak, si bungsu adikku nogol. Eh pamer sebuah Handycam baru. wah kebetulan nih ku fikir, jam 3 nanti ada baiknya kau ke Danau Tawang Belimbing, buat balas dendam, sekalian kalo dapat, kan ada Handycam buat ngerekam, tentu lebih asik.

Bapak bangun dan ikut bergabung, Sambil makan biji cempedak rebus aku dan Bapak mendengarkan si bungsu memberi tips dan trik penggunaan handycamp tadi. Jam 3 sore tepat, aku cabut ke Tawang Belimbing. Ini malah lebih parah, tak satupun lemparanku ada yang nyenggol. Akhirnya, jam 4 sore aku cabut ke Balai nanga.

Nenek Pinang (Ibu mertua), kakak ipar dan beberapa warga kampung terkaget-kaget melihat kedatanganku yang tanpa rencana. Terlebih anak dan isteriku tidak ikut serta. Kembali, biji cepedak rebus menemani kami ngobrol di teras nek pinang. Aku menelpon isteriku dan memberikan telepon tersebut kepada nek Pinang. Sampai jam 5 sore aku kembali ke Sanggau.




Tidak ada komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...