Musim kemarau sebetulnya memberikan kemudahan tersendiri bagi pemancing gabus sepertiku. Debit air sungai, danau dan kanal-kanal turun sehingga ruang gerak buruan semakin sempit, otomatis strike rate meningkat... itu teorinya. Prakteknya ternyata jauh berbeda. Letak sungai sungai yang langsung bermuara ke laut sementara kanal kanal utama bermuara ke sungai sungai tadi membuat air asin masuk jauh ke dalam hingga kadang sampai ke parit-parit irigasi sawah tempat biasa kami menguber kocolan. Ikan gabus sepertinya enggan keuar dari persembunyainnya atau mungkin jadi malas makan, entahlah. Padahal menurut yang aku dapat dari berbagai sumber, ikan gabus daya tahannya luar biasa, dan pastinya sudah terbiasa dan bisa cepat beradaptasi dengan kondisi air dan lingkungan tempat tinggalnya.
Akan tetapi, hal itu tidak mematahkan semangat para penguber gabus. Ari Satya Permana, Budi Raharjo, Bachrul Ulum, Pery Irawan, Rakhmat Ramadhan, Si Aland dan Adrian Cobra tetap turun ke spot sasaran meski sudah tahu bakal disambut jernihnya air kanal yang masuk lewat pintu air. Air jernih yang seakan melenyapkan warna hitam air gambut khas kanal kanal di Kalimas.
Semula kami akan explore ke beberapa tempat yang belum pernah kami kunjungi namun kami batalkan karena air pasang telah naik tinggi, sementara kanal kanal yang akan kami explore sedang di normalisasi oleh 2 buah exavator besar. Akhirnya kami memutuskan untuk mencoba di bagian tengah saja. Hingga istirahat siang aku sama sekali belum strike. Terkecuali Ari yang memang turun paling awal, itupun strikenya di tempat lain. Begitu pula Rakhamt Ramadahn udah mengantongi masing-masing seekor gabus
Setelah puas beristirahat di warung penduduk setempat, kami melanjutkan uncal uncual. Kali ini rute yang kami tempuh sudah tidak berpatokan pada rencana semula, asal kanalnya ada genangan air, lempar. Terobos sana terobos sini hingga kami sampai pada satu kanal yang agak lapang. Ardian Cobra membuka strike siang itu di susul Bachrul Ulum, Aku kemudian Pery Irawan.
Hinga sore hari tak ada lagi sambaran dan kami memutuskan lempar-lempar menuju arah jalan pulang. Tiba di Kalimas seberang kami masuk ke kanal-kanal di antara sawah, hingga 3 kanal kami jelajah tak ada satupun yang berhasil strike, sambaran banyak, sayang pada miss.
Pukul 15 lewat kami menyudahi acara mancing, Sebelum bubaran kami ngumpul sebentar di depan Toapekong menunggu Budi Raharjo yang menyusul belakangan, sementara Si Aland dan Ardian Cobra ngga kelihatan batang hidungnya karena selepas di Kalimas proyek tadi sudah memisahkan diri. Tepat jam16 sore aku pamit duluan sementara Ari dan Budi Melanjutkan perbuaruan di seputaran sawah sawah di kalimas.
2 komentar:
Posting Komentar