Pulang Kampung (Bag.1)

Minggu, 23 Desember 2012
Ngga seperti biasanya, jam 5 pagi, kedua putriku udah ribut ribut. Si Zhiea kalang kabut ngemasin terompetnya sementara Annisa, kakaknya, asik mengisi ransel kecilnya dengan pernak pernih khas anak cewek.

Ye ye.. pulang kampong... ye ye... ujar si kecil. ibunya pula kebagian sibuk mempersiapkan perbekalan, seketika canda tawanya berubah jadi omelan karena melihat peralatan perangku udah ready, siapa lagi tukang panggul joran kalau bukan Ibu ujar Annisa... aku hanya senyum kecil sambil menyelinap ke kamar mandi.

Pukul 7.00 WIB kami berangkat, sudah barang tentu si revo jadi andalan karena penumpangnya udah 4 orang plus tas dan ransel. Sampi ujung simpang jelau, kami istirahat sejenak, maksudku mo lempar lempar froggy di sepanjang parit di dekat kami istirahat kubatalkan karenakedua anakku protes. Kami cabut dari situ beberapa saat kemudian. Sampai di simpang ampar kami istirshat lagi. Perjalanan kami lanjutkan setelah istirahat kurasa cukup. Jalan Simpang Ampar - Sosok, sungguh aduhay... membuat jantungku berdegub karena harus extra hati hati, maklum 3 nyawa menjadi tanggung jawabku sepenuhnya. Sambil sesekali menoleh ke kanan dan kiri jalan, wow... ada banyak rawa dan genangan air... otak langsung membayangkan rupa gabus ... heheheh. 

Sampai di sanggau jam 13 lewat. Seluruh persendian seakan mau copot. Hingga sore menjelang, kami hanya tidur tiduran di rumah. Kusempatkan memeriksa bebrapa set pancing yang memang sengaja kutinggalkan di rumah ibu, semua pada berdebu pertanda Si tengah dah si Bungsu sama sekali tak menyentuh pancing pancing tersebut. 

Senin, 24 Desember 2012

Setelah mengantar tas dan beberapa barang ke pasar senggol untuk di titipkan di motor tambang Bang Mahipal, aku kembali ke Beringin untuk menjemput pasukanku. Setelah berpamitan dengan Bundaku, kami sekeluarga berangkat ke Setompak, ke rumah Bang Jukin, iparku. Sudah barang tentu joran dan tas berisi amunisi nangkring di pundakku. Sampai di sana aku langsung set takle dan mengajak Dery keponakanku untuk berburu gabus, sayang hampir satu jam lempar lempar si belakang rumah, ga ada sambaran sama sekali. istirahat sejenak kemudian melajutkan aksi di tepi lapangan bola yang berupa rawa, penuh dengan tumbuhan kumpai dan gangang air... cuma ada 2 x sambaran dan itupun mocel.

Sekitar jam 10 pagi kami kami berangkat dari setompak menuju dusun Balai Nanga, kembali suguhan jalan raya indah berbatu dan berdebu kami tempuh hingga sampai ke simpang Tawang Belimbing. Satu jam lebih kami tempuh, berbarengan dengan merapatknya motor kelotok bang Mahipal ke jamban Nek Pinang, mengantarkan tas dan ransel yg tadi pagi kutitipkan. Luar biasa capeknya.


Jika anda merasa artikel di blog ini bermanfaat dan ingin berlangganan, silahkan masukkan alamat email anda pada kotak di bawah ini:


Delivered by FeedBurner


Tidak ada komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...